Memang benar kata orang yang namanya jalan tidak selalu mulus, begitu juga dengan hidup tidak selamanya bahagia. Penggambaran ini kiranya sangat cocok dengan pengalaman hidup saya yang benar-benar sulit untuk dilupakan, selain berbekas secara fisik, pengalaman ini juga sangat berbekas di ingatan. Tiap detil rasa dan rentetan kejadiannya masih sangat kental difikiran. Tapi saya yakin dan percaya bahwa disetiap kejadian dan kesulitan pasti ada yang namanya “mutiara” kebahagiaan dan hikmah yang dapat dijadikan pelajaran hidup.
Saya tipe orang yang sulit untuk menjaga
pola makan dan pola tidur. Selain saya hobi browsing di tengah-tengah malam (browsing something that conected with my
hobby, watching videos on youtube, or just look and read some articles on
internet), saya juga hobby sekali
menghabiskan waktu dengan menonton drama korea hingga tengah malam. Berawal
dari hobby buruk saya tersebut, saya
jadi terbiasa dengan yang namanya “apa-apa telat” seperti telat makan, telat
tidur, dan lain sebagainya.
Hari jum’at di bulan maret 2015 seperti
biasa saya sepulang dari kuliah rutin saya langsung berangkat kerja di salah
satu bimbingan belajar di daerah Rumbai, jam kerja dari mulai pukul 13.00 WIB
sampai dengan pukul 19.00 WIB. Pada hari itu saya masih sangat ingat bahwa di
pagi harinya saya sarapan mie instan saja tanpa makan sebutir nasi pun hingga
berangkat kerja. Singkat cerita, sepulang kerja saya merasa sangat lapar dan
jiwa-jiwa kerakusan mulai menghampiri perasaan saya. Saya pun bergegas
mengambil sepiring nasi beserta lauk dan segelas air minum ukuran besar,
kemudian saya menghidupkan laptop. Saya pun makan dengan lahap sambil menonton
drama korea. Namun ditengah saya sedang makan, mungkin baru separuh nasi yang
saya makan, saya mulai merasa kenyang dan mengakhirinya. Setengah jam berlalu,
saya mulai merasakan sakit pada perut saya dan sakitnya berbeda dari rasa mules
ketika kita mau buang air besar. Hingga pukul 02.00 tepatnya hari sabtu, saya
dibawa berobat ke klinik oleh Ibu saya. Dokter berkata bahwa kemungkinan ini
adalah gejala magh dan dokter tersebut memberi obat penghilang nyeri dan
beberapa obat lainnya. Kemudian saya pulang dengan menahan sakit.
Masih di hari sabtu, paginya saya harus
melakukan take video untuk tugas
speaking II di salah satu tempat bersejarah di Pekanbaru bersama salah seorang
teman saya. Saya pun menahan sakit ketika saya melakukan take video tersebut. Hingga sampailah di siang hari tugas sudah
selesai dan kami berdua pulang dan ditengah perjalanan pulang saya merasakan
sakit yang semakin menusuk di perut bagian sebelah kanan saya, apalagi ketika
motor saya beradu dengan polisi tidur, batu-batu, ataupun lubang jalan. Hari
sabtu terasa begitu panjang untuk saya, rasa sakit tak kunjung menghilang malah
semakin bertambah. Hingga larut malam pun masih terasa sakit.
Minggu pukul 01.00 WIB saya merasakan
sakit yang luar biasa di perut dan masih dibagian sebelah kanan saya. Akhirnya saya
pun dibawa berobat kembali ke klinik sebelumnya oleh Ibu saya. Sampainya disana
saya serasa kurang mampu untuk berjalan hingga harus dipapah oleh Ibu saya dan
belum sampai ke dalam kamar pemeriksaan, saya jatuh pingsan namun saya masih
sadar, lalu petugas rumah sakit membaringkan saya ke atas kasur untuk diperiksa
lebih lanjut oleh dokter. Kemudian dokter melakukan pengecekkan dan menekukkan
kaki kanan saya, kemudian ia bertanya “Bagaimana rasanya? Sakit?” dan saya
hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukkan. Terkejut saya bahwa dokter
berkata kepada Ibu saya “Bu, sepertinya anak ibu mengalami usus buntu dan harus
dirujuk ke rumah sakit, ini berbahaya apabila lambat penanganannya karna ini
sudah bukan gejala lagi” kemudian hening.... Lalu kami pun pulang.
Minggu pagi pukul 07.00 WIB saya sudah
pucat sekali dan sudah tidak mampu untuk bergerak banyak karna rasanya sangat
sakit. Dan akhirnya Ibu saya memutuskan untuk membawa saya kerumah sakit. Awalnya
beliau ingin ke rumah sakit umum karna mengingat biaya yang relatif lebih
murah, namun setelah melakukan konfirmasi kepada pihak RSUD, mereka mengatakan
bahwa dokter spesialis untuk penyakit dalam RSUD tersebut sedang tidak ada di tempat.
Kemudian akhirnya Rumah Sakit Santa Maria menjadi pilihan terakhir.
Sayapun sampai di RS pukul 08.00 WIB dan
langsung mendapat penanganan di Instalasi Gawat Darurat. Suster dan dokter
melakukan pemeriksaan dibarengi dengan pertanyan-pertanyaan yang mengacu pada
penyakit saya. Pukul 10.00 WIB saya melakukan cek USG untuk memastikan keadaan
perut saya, dan hasilnya adalah usus buntu saya sudah mengalami pembengkakkan
dan pecah ditempat, itulah yang menyebabkan infeksi dan sakit yang luar biasa.
Kemudian dokter menyarankan untuk melakukan operasi karna ini akan berakibat
fatal apabila dibiarkan. Singkat cerita, pukul 17.00 WIB sayapun dibawa ke
ruang operasi dan kemudian saya dibius dan terlelap. Pukul 19.00 WIB saya
membuka mata saya bertanda saya sudah selesai dioperasi dan selamat. Namun rasanya
masih sangat sakit (bekas luka operasi). Pukul 22.00 WIB saya dibawa ke ruang
inap pasien dan saya tidak diperbolehkan makan dan minum selama saya belum
kentut. Padahal hausnya bukan kepayang.
Empat hari berselang, saya pun pulang
kerumah dengan keadaan perut bagian kanan sudah dijahit sebanyak enam jahitan.
Begitulah pengalaman hidup saya yang
sangat sulit untuk dilupakan. Hikmah yang dapat saya ambil adalah saya menjadi
lebih mampu menjaga pola makan dan tidur saya setelah mengalami kejadian
tersebut.